Tradisi Masyarakat Indonesia Peringati Maulid Nabi
Digizakat – Indonesia dengan jumlah populasi Muslim terbesar di dunia, merayakan Maulid Nabi dengan meriah dan istimewa. Budaya dan tradisi Indonesia memegang peran utama dalam menghadirkan nuansa khusus dan penuh makna dalam perayaan ini. Setiap daerah di Indonesia memiliki cara yang berbeda untuk merayakan hari bersejarah ini. Berikut adalah tradisi masyarakat Indonesia dalam memperingati Maulid Nabi.
-
Muludan
Tradisi Muludan yang juga dikenal sebagai Marhaba’an adalah perayaan yang diadakan selama bulan Rabiul Awal, yang dalam budaya Sunda dikenal sebagai bulan Mulud, berasal dari bahasa Arab “Maulid” atau “Maulud”. Muludan adalah perayaan rumahan di mana tuan rumah mengundang tetangga dan teman-teman mereka untuk menghadiri acara selama Maulid Nabi. Acara ini sering kali dijadwalkan setelah shalat Asar, Magrib, atau Isya, tanpa batasan waktu yang ketat. Umumnya, hadirin memberikan sumbangan uang dalam amplop sebagai cara untuk membantu meringankan biaya bagi tuan rumah yang ingin mengadakan perayaan Muludan di rumah mereka.
-
Muludhen
Tradisi yang kedua mirip dengan tradisi pertama, namun berbeda daerahnya. Muludhen adalah tradisi yang biasanya dilakukan masyarakat Madura untuk merayakan Maulid Nabi. Dalam tradisi ini biasanya dilakukan pembacaan barzanji (kisah kehidupan Nabi) serta beberapa ceramah agama yang menggambarkan teladan dan kebaikan Nabi selama hidupnya sebagai panduan bagi kehidupan. Selain itu biasanya masyarakat juga akan membuat tumpeng untuk diantarkan ke masjid-masjid terdekat.
-
Bungo Lado
Tradisi selanjutnya adalah bungo lado yang dilakukan oleh masyarakat Padang Pariaman, Sumatera Barat. Secara arti, bungo adalah bunga dan lado adalah cabai. Namun, dalam praktinya bungo lado adalah bermacam-macam pecahan mata uang kertas yang ditempelkan di ranting-ranting pohon. Uang-uang tersebut didapatkan dari sumbangan masyarakat yang nantinya akan digunakan untuk pembangunan rumah ibadah.
-
Walima
Di Gorontalo, tradisi untuk menyambut Maulid Nabi disebut dengan Walima. Tradisi ini sudah ada sejak kerajaan-kerajaan Islam berdiri di Gorontalo. Pada perayaan Walima, biasanya masyarakat akan menyiapkan kue-kue tradisional khas daerah yang disusun sedemikian rupa dan diarak dari rumah menuju masjid. Setelah acara selesai, kue-kue tersebut akan dibagikan kepada masyarakat karena mereka percaya hal tersebut akan membawa berkah.
-
Kirab Ampyang
Kirab Ampyang adalah tradisi menyambut Maulid Nabi yang berasal dari daerah Kudus, Jawa Tengah. Hampir sama dengan tradisi Walima di Gorontalo, tradisi Kirab Ampyang juga digelar dengan sajian makanan berupa ampyang atau nasi dan kerupuk yang kemudian akan diarak menuju Masjid. Dalam tradisi ini, para peserta juga akan menampilkan berbagai kesenian setempat, seperti visualisasi tokoh-tokoh yang berjasa pada berdirinya desa Loram Kulon, dimana tradisi ini berlangsung. Makanan yang tadi disajikan kemudian akan dibagikan kepada masyarakat sekitar sebagai bentuk rasa syukur atas berkah yang diberikan Allah SWT.
-
Ngumbah Pusaka
Setiap awal bulan Maulid, Museum Prabu Geusan Ulum di Sumedang menggelar upacara pembersihan pusaka yang merupakan bagian dari koleksi museum dan gedung negara. Penyucian ini bisa dilakukan antara tanggal 1 hingga 11 Rabiul Awal dan bertujuan untuk menghormati jasa leluhur dalam meningkatkan negara dan agama. Dalam pelaksanaannya, koleksi pusaka diarak mengelilingi area museum dan bangunan negara sebagai langkah awal.
Itulah tadi tradisi-tradisi yang dilakukan berbagai daerah di Indonesia dalam rangka memperingati Maulid Nabi. Semoga informasi yang kami kami sajikan dapat menambah wawasan bagi kamu yang membacanya. Nah, teman Digi, dalam rangka memperingati maulid nabi, ayo lestarikan tradisi sedekah kepada saudara kita yang berkekurangan seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW semasa hidupnya. Sekarang kamu tidak perlu bingung karena kamu dapat bersedekah dengan mudah di Digizakat di mana saja dan kapan saja. Kamu bisa langsung diakses pada tautan DI SINI !