Food & Travel

Jami Al Anwar, Masjid Berusia Ratusan Tahun di Lampung dengan Berbagai Peninggalan Sejarah

Digizakat – Saat berkunjung ke Lampung, tak ada salahnya untuk juga mendatangi satu masjid yang istimewa di hati masyarakat Lampung. Di Kota Bandarlampung sebuah provinsi di ujung sumatera, yang dikenal dengan kota Tapis Berseri ini berdiri kokoh masjid yang sering disebut sebagai Masjid Tertua di Lampung. Adalah Masjid Jami Al Anwar, masjid yang terletak di kecamatan Teluk Betung ini beberapa kali harus direnovasi karena sempat hancur lebur kala meletusnya gunung induk Krakatau di Selat Sunda pada tahun 1883.

Sejarah Pembangunan Masjid Jami’ Al Anwar

Masjid yang memiliki Menara setinggi 21 meter ini pertama kali didirikan pada tahun 1839 dalam bentuk surau kecil. Menurut pengurus masjid, A Efendi Abdullah, surau yang dibangun pasa masa Kolonial Belanda  ini terbangun atas inisiasi ulama Bugis dari Bone Sulawesi Selatan yang merupakan pelaut ulung yang bersandar di Pelabuhan Teluk Lampung yakni Daeng Muhammad Ali, K.H. Muhammad Said, dan H. Ismail.

Melalui mereka, surau pun tumbuh menjadi tempat berkumpul umat Islam sekitar untuk mempelajari agama. Berbagai suku dengan adat budaya menjadi satu tanpa mengenal perbedaan dan tetap teguh pada satu sikap yaitu anti-Belanda.

Pada tahun 1883, masjid ini turut menjadi bangunan yang terdampak letusan gunung Krakatau. Selang lima tahun kemudian, yakni 1888 M, setelah amukan Gunung Krakatau, Daeng Sawijaya melalui musyawarah dengan para saudagar dari Palembang, Banten, dan Bugis, disertai semangat yang tinggi, membangun kembali sarana ibadah itu. Mereka tidak lagi mendirikan surau, tetapi langsung mendirikan masjid yang lebih permanen.

Masjid dengan dominasi warna hijau dan putih ini kemudian diberi nama Masjid Jami’ Al Anwar, artinya adalah yang bercahaya dan pemersatu. Dengan mengacu pada rukun iman, masjid tersebut ditopang enam tiang yang berasal dari Kayu Merbau tanpa menggunakan semen, melainkan campuran putih telur ayam dengan kapur. Hingga saat ini, kayu dan adukan putih telur serta kapur masih ada ditengah tiang meski melalui berbagai renovasi.

Masjid Jami’ Al Anwar, Tempat Titik Tolak Perjuangan Umat Islam Lawan Penjajah

Sejak awal berdirinya, Masjid Al-Anwar selalu menjadi tempat mengatur strategi perjuangan. Pertemuan antarpejuang dan ulama serta masyarakat kerap berlangsung di masjid seusai shalat atau pengajian.

Perjuangan yangberbasis di masjid ini terdiri atas sejumlah tokoh dan ulama dari berbagai daerah yang tinggal di Lampung, baik ulama asal Lampung itu sendiri, Palembang, Bugis, Sunda, Jawa bahkan Flores.

Ulama, pejuang, dan masyarakat bahu-membahu mempertahankan Tanah Air yang dikenal dengan Bumi Ruwai Jurai dari cengkeraman penjajah Belanda. Perjuangan yang berlandaskan agama ini terus berkobar hingga Indonesia merdeka.

Para tokoh dan ulama yang terlibat dalam membentuk strategi perjuangan, di antaranya Haji Alamsyah Ratu Prawiranegara (mantan Menteri Agama RI), Kapten Subroto, K.H. Nawawi, dan K.H. Thoha

Benda Peninggalan Sejarah di Masjid Jami Al Anwar

Pada saat renovasi setelah terjadinya letusan gunung Krakatau, dibangun pula dua buah Meriam yang digunakan sebagai penanda maghrib dn sahur pada bulan Ramadhan. Dengan diletuskannya Meriam tersebut, sanggup terdengar sejauh 3 kilometer. Hingga kini, Meriam tetap dibiarkan dengan berbagai perawatan. Tersimpan pula, bedug kecil yang berusia lebih dari satu abad, namun sudah tak dapat difungsikan lagi.

 

 

Selain Meriam dan bedug, dibuat pula sumur yang tidak pernah kering hingga sekarang bahkan Lampung pernah mengalami kemarau panjang hingga 7 bulan pun tidak mempengaruhi sumur ini untuk terus mengaliri air untuk jamaah yang akan berwudhu.

Kemudian pada tahun 1970 mulai dibangun perpustakaan, yang kitab-kitab kunonya dijaga hingga kini. Kitab dengan berbagai bahasa seperti Arab, Belanda, Portugis, dan lainnya. Terdapat pula Alquran tua yang telah berusia lebih dari 200 tahun yang diletakkan dalam kotak kaca.

Pemerintah Provinsi Lampung melalui Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Lampung telah menetapkan masjid ini sebagai masjid tertua dan bersejarah di Bandarlampung. Hal ini tertuang di dalam SK Nomor: Wh/2/SK/147/1997.

Alamat:

Masjid yang berdiri di atas lahan seluas 6.500 meter ini beralamat di Jl Laksamana Malahayati no 100 Kelurahan Persawahan Kecamatan Teluk Betung Selatan Bandarlampung. (nov)

Sumber :

Abdul Baqir Zein, Masjid-Masjid Bersejarah di Indonesia Tahun 1999

Youtube Bimas Islam

dbs

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
×